Pages

Senin, 25 Mei 2009

The Devil and Miss Prym

Senin, 25 Mei 2009
Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Paulo Coelho
Sebenarnya, manusia itu pada dasarnya baik atau jahat? Ini adalah sebuah pertanyaan yang tak mudah untuk dijawab. The Devil and Miss Prym, sebuah novel yang berdasar pada pertanyaan itu.

Carlos, seorang pendatang, membuat sebuah permainan di sebuah desa terpencil bernama Viscos. Ia menyembunyikan sepuluh batang emas di sebuah tempat. Nilai emas itu sangat besar. Saking besarnya, emas itu bisa mendatangkan kemakmuran pada seluruh penduduk Viscos.

Carlos akan memberikan semua emas itu jika dalam jangka waktu seminggu, ada penduduk Viscos yang tewas terbunuh. Jika demikian, maka Carlos bisa mengatakan bahwa sebenarnya manusia itu bersifat jahat. Namun jika sebaliknya, ia akan mengakui bahwa sebenarnya manusia itu baik.

Namun, permainan itu tak segampang rencana Carlos. Chantal, seorang perempuan muda satu-satunya di Viscos, ternyata ikut mengendalikan permainan. Chantal dijuluki penduduk desa dengan sebutan Miss Prym. Kehadiran Chantal membuat permainan menjadi rumit. Setiap kejadian tak berjalan linier. Ada banyak kemungkinan yang terjadi dari satu stimulus yang dilempar oleh Carlos maupun Chantal.

Lebih rumit lagi setelah penduduk desa juga ikut-ikutan bermain. Ternyata mereka bukan buah catur yang bisa dimainkan sesuai kehendak dua pengendalinya.

Membaca The Devil and Miss Prym ini seperti melihat ke dalam diri kita masing-masing. Ada pertentangan antara baik dan jahat. Seperti pertentangan saat kita menemukan sebuah dompet di jalan. Dompet itu berisi uang yang tak sedikit, bisa untuk membayar hutang-hutang kita pada rentenir yang bunga berbunga. Juga ada kartu identitas pemilik dompet itu di dalamnya.

Sisi jahat kita berkata, "Sudah ambil saja, ini rejeki yang jatuh dari langit. Kapan lagi kamu dapat kesempatan melepaskan cekikan rentenir itu. Tak mungkin kan mengandalkan gajimu tiap bulan?" Tapi sisi baik kita akan berkata sebaliknya, "Uang ini bukan hakmu, lebih baik kamu kembalikan kepada yang berhak. Bukankah kamu bisa mencarinya dengan kartu identitas itu?" Pertentangan itu terus berlangsung sampai diri kita mengambil sebuah keputusan.

Tentu yang kuat yang akan menang. Namun, jangan dibayangkan kuat itu identik dengan besar, kekar, banyak atau sifat dominan lainnya. Kekuatan bisa muncul dari kepasrahan yang mendalam.

Paulo Coelho dengan baik menunjukkan kekuatan itu dengan sebuah cerita tentang sejarah Viscos.

Ada seorang yang bertahun-tahun tinggal di gua yang tak jauh dari Viscos. Ia bernama Savin. Saat itu, Viscos tak lebih dari desa yang dihuni oleh para penjahat yang melarikan diri dari hukuman, pencuri kelas kakap, atau tempat peristirahatan para pembunuh bayaran sebelum mereka beraksi lagi.

Ahab adalah orang yang terkuat dan terjahat dari penduduk Viscos. Ia menguasai seluruh desa, menarik pajak dari petani dan tak segan-segan menghukum bagi siapa saja yang membangkang kemauannya.

Suatu hari Savin pergi ke rumah Ahab dan meminta ijin untuk menginap barang semalam. Ahab mentertawakannya, "Kau tahu bukan, aku ini pembunuh yang sering menggorok leher orang, dan nyawamu sama-sekali tak berharga bagiku?"

Savin tetap bersikeraspada keinginannya. Akhirnya Ahab mengijinkannya. Dalam pikiran Ahab, ini adalah kesempatan baik mengenyahkan Savin. Ia saingan terberat bagi kekuasaannya karena Savin terkenal sebagai orang yang bijaksana. Ia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dialah yang paling kuat, yang layak untuk dihormati.

Saat malam tiba Savin tidur di kamar yang telah disediakan, sementara Ahab mengasah pisau yang kan digunakan untuk menghabisi Savin. Keesokan harinya, Savin menemukan Ahab menangis di sisi tempat tidurnya. Sambil sesenggukan ia berjanji, mulai hari ini akan menjadi orang yang baik. Tak hanya itu, ia akan menyuruh seluruh penduduk desa untuk bertobat mengikuti jejaknya.

Ahab berubah drastis seperti itu karena ia sangat trenyuh dengan percakapan antara dirinya dengan Savin sebelum tidur. Coelho menceritakan percakapan itu di bab terakhir novel ini dan menjadi jawaban atas pertanyaan apakah manusia itu sebenarnya baik atau jahat.

Minggu, 24 Mei 2009

Tak Masalah Gagal Bayar, Itung-itung Sewa

Minggu, 24 Mei 2009
Sewaktu di bengkel, saya melihat ada pengendara sepeda motor yang diberhentikan oleh dua orang. Yang satu berperawakan seperti petugas dari kepolisian. Saya mengira pengendara itu ditindak karena tak memakai helm. Tapi anehnya dua petugas itu tidak berseragam dinas.
Bapak di sebelah saya tiba-tiba bersuara, "Akhirnya ketemu juga."

Saya bertambah heran. Apanya yang ketemu?

Bapak itu berkata lagi, seperti tau keheranan saya, "Sudah lama dua orang itu mencari, eh ketemu juga disini. Sepeda motor itu bermasalah, sudah lama tidak membayar cicilan."

Oh, saya mengerti. Sudah sering saya mendengar, ada petugas khusus dari lembaga pemberi kredit yang khusus menciduk sepeda motor nasabah yang bermasalah. Para petugas tak segan-segan mengambil sepeda motor dimana pun tempatnya. Entah itu di tempat parkir umum, di pasar, atau di jalan seperti yang baru saja saya lihat.

Kredit sepeda motor memang rawan macet. Pasalnya, banyak nasabah yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Mereka sebenarnya tak mampu melunasi cicilannya per bulan. Lalau mengapa mereka mengambil kredit?

Diskusi kami, para pelanggan di bengkel, pun sampai ke pertanyaan itu. Bapak di sebelah saya tadi bilang, "Gimana nggak mau, syarat mengambil kredit kan mudah sekali. Tanpa uang muka dan agunan pun jadi."

"Tapi mengapa mereka berani ambil kalau tau nggak bisa bayar," tanya saya.

"Ya itung-itung sewa lah Dik. Lumayan, sebulan-dua bulan bisa makek motor baru. Setelah itu mau diambil ya silahkan."

Ternyata, godaan memiliki sepeda motor itu begitu besar. Apalagi mode-model baru selalu bermunculan. Iklan sepeda motor juga gencar dan sangat agresif. Jualan sepeda motor seperti jualan kacang goreng. Pernah waktu ada survey di daerah terpencil, saya melihat salah satu produsen sepeda motor sampai keliling kampung menawarkan dagangannya.

Pantas saja, tahun 2008 yang lalu penjualan sepeda motor mencapai 6,2 juta unit atau hampir 17 ribu sepeda motor per harinya. Meski menurun, penjualan sepeda motor tahun 2009 diprediksi sekitar 4,5 sampai 5 juta.

Penjualan itu sebagian besarnya dilakukan dengan cara kredit, baik oleh bank maupun lembaga pembiayaan. Potensi kredit macetnya sekitar 3 persen. Kalau dihitung perharinya, rata-rata ada sekitar 350 sampai 400 ribu sepeda motor yang bermasalah per harinya. Bisa dimengerti, jika ada petugas khusus yang menciduk sepeda motor yang bermasalah.

Tapi syukurlah, pengendara sepeda motor yang ketangkap itu tidak ditinggal begitu saja di jalan. Petugas masih mau mengantarnya pulang.

Sumber:
Data: Kredit Macet di Jalur Sepeda Motor
Gambar: Okezone.com

Rabu, 20 Mei 2009

Musik itu Untuk Apa?

Rabu, 20 Mei 2009
Asyik juga denger lagunya Olga Saputra yang liriknya hanya mengandung dua kata, hancur dan hatiku. Cukup menghibur. Sebelumnya, saya pernah mendengar lagu dari Potret yang liriknya juga hanya sedikit kata, I Just Wanna Say I Love You.

Saya lebih suka dengerin lagunya Olga dibanding Melly. Mungkin karena saya terlanjur memasang nilai yang tinggi pada seorang Melly Goslow. Banyak lirik lagu Melly yang sangat saya suka, karena begitu mendalam dan sangat mengena. Tapi, setelah dengar I Just Wanna Say I Love You, rasanya kok kurang sreg ya.

Ada satu lagu lagi yang sekarang banyak diputar. Lagu dari sebuah group band yang namanya sangat unik, Kuburan. Judul lagunya juga tak biasa, Lupa-lupa Ingat. Saya senang sekali dengar lagu ini, asyik banget. Orangnya juga kocak-kocak, meski pakaiannya menakutkan. Saya tertawa ngakak waktu lihat Kuburan menjadi tamu di Bukan Empat Mata. Tukul aja kalah lucu dengan personil Kuburan.

Namun, dibalik keasyikan mendengar lagu-lagu itu, saya jadi berfikir. Oke, saya senang, terhibur, lalu? Balik lagi, saya senang, terhibur, lalu? Meski beberapa kali bolak-balik, tetap saja, yang ada hanya senang dan terhibur. Tidak ada lagi yang lain.

Apakah lagu-lagu itu diciptakan hanya untuk membuat pendengarnya senang dan terhibur? Apa sih maknanya mengulang-ulang kalimat hancur hatiku, apa yang didapat dari kalimat I Just Wanna Say I Love You yang diulang-ulang? Yang ini juga, C A-minor D-minor ke G ke C lagi A-minor...

Ya. Sepertinya lagu-lagu itu memang hanya untuk menghibur dan membuat senang pendengarnya.

Ragu dengan pikiran itu, saya mengajak diskusi seorang teman. Saya ajak dia duduk berdua di warung kopi. Saya putar lagu-lagu itu di laptop saya. Kemudian saya utarakan apa yang saya pikirkan.

Sambil menyeruput kopi, teman saya itu bilang, "Tak usah dipikirin lah, dinikmati saja. Kita ini sudah berat mikir yang lain. Mikir pekerjaan, rumah tangga, cicilan rumah, motor. Belum lagi kalau pas tanggal tua dan waktunya bayar sekolah anak, stress Mas. Pikiran kita perlu di refresh."

"Refresh, bener juga," kataku dalam hati. Mungkin dengan mendengar lagu itu pikiran kita jadi segar kembali, tidak stress lagi. Sehingga bisa mikir yang berat-berat lagi

Oke, dinikmati saja...

Senin, 18 Mei 2009

Seberapa Penting Mengajak Anak Berbelanja?

Senin, 18 Mei 2009
Berkali-kali saya mendapat berita, seorang anak mendapat celaka saat berkunjung di pusat perbelanjaan. Bahkan diantaranya ada yang meninggal dunia.

Baru hari Minggu kemarin saya mendapati seorang anak perempuan menangis di tengah keramaian sebuah pusat perbelanjaan. Rupanya ia tak menemukan dimana orang tuanya berada. Syukurlah ada yang mengantarnya menuju tempat informasi.

Sebenarnya, pentingkah mengajak anak berbelanja?

Setiap orang tua tentu memunyai alasan mengapa mereka mengajak anaknya ke pusat perbelanjaan. Kalau saya lebih karena ingin menyenangkan anak. Agar anak merasa gembira.

Namun dengan banyak kejadian itu, saya pun berpikir, benarkah anak senang diajak berbelanja? Jangan-jangan mereka tersiksa, atau hanya sedikit kesenangan yang mereka peroleh.

Saya membayangkan, ketika kita berbelanja konsentrasi kita tertuju pada barang-barang yang terdisplay di depan kita. Kita sibuk memilih dan mencari barang yang sesuai dengan kebutuhan kita. Mengamati harga setiap barang agar pas dengan budget yang kita sediakan. Setelah itu kita pun kerepotan membawa barang-barang itu ke tempat parkir. Lalu, sempatkah kita memperhatikan anak yang kita ajak?

Beberapa kasus kecelakaan anak di pusat perbelanjaan disebabkan karena orang tua lepas kontrol terhadap anaknya. Padahal, tempat seperti pusat perbelanjaan belum tentu menjadi tempat yang aman bagi anak.

Ya, memang lebih baik tidak mengajak anak berbelanja, kecuali ada orang dewasa yang khusus mengawasinya. Kalau tujuan kita ingin mengajak mereka berjalan-jalan agar senang, ya fokus pada tujuan itu saja. Syukur-syukur kita bisa menambah sedikit cerita kepada mereka agar bisa menikmati setiap lantai yang kita kunjungi. Belanja, carilah waktu lain yang tepat.

catatan:
Foto saya ambil saat meliput INACRAFT2009

Sabtu, 16 Mei 2009

Untuk Apa Menjadi Tua?

Sabtu, 16 Mei 2009
Negara kita menjadi negara dengan penduduk tua terbesar keempat di dunia. Penduduk tua yang dimaksud adalah penduduk yang berusia diatas 60 tahun. Sebenarnya ini menjadi kabar yang harus diterima dengan gembira karena pada umumnya, jumlah penduduk berusia tua menandakan tingkat harapan hidupnya suatu negara tinggi. Artinya, usia penduduk relatif lebih panjang.

Namun, banyaknya penduduk usia tua juga dinilai rentan terhadap masalah-masalah sosial. Salah satunya karena mereka bukan lagi termasuk kelompok penduduk yang produktif. Karena itu, mereka berpotensi tidak mendapatkan kualitas hidup yang layak. Untuk bisa bertahan hidup, sebagian besar tergantung pada orang lain.

Kenyataan demikian menimbulkan pertanyaan, mengapa manusia mempunyai takdir menjadi tua jika memang tak mempunyai kontribusi (bermanfaat) dalam kehidupan masyarakat dan justru menjadi beban?

Dalam sebuah talkshow, Gede Prama mengatakan, ada dua macam ilmu yang berbeda yang seharusnya dikejar oleh dua kelompok penduduk, muda dan tua. Bagi kelompok muda, ilmu yang dikejar adalah ilmu yang bermanfaat untuk menunjang hidupnya. Keahlian mereka diperlukan untuk mengolah sumber daya alam sehingga bisa dimanfaatkan misalnya untuk makan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya.

Namun seiring dengan bertambahnya usia, menuju kelompok usia tua, manusia harus mulai mengejar ilmu kebijaksanaan sehingga saat masanya nanti ia menjadi orang yang selalu memberi petuah, menjaga keseimbangan hidup, dan menjadi panutan bagi yang muda. Ilmu ini yang berperan sebagai pemberi arah karena berisi ajaran moral, etika dan agama.

Kedua ilmu itu sangat bermanfaat dalam membangun masyarakat. Tak mungkin masyarakat bisa berkembang tanpa ada kelompok yang mengolah sumber daya alamnya dan tak kan seimbang jika masyarakat mengabaikan ilmu tentang kebijaksanaan.

Jika konsep ini bisa dipahami, mungkin tak ada lagi peminggiran terhadap penduduk usia tua. Memang secara fisik mereka perlu untuk dibantu, namun bantuan yang diberikan menjadi hak mereka karena mereka pun mempunyai kontribusi yang tak bisa disebut kecil dalam membangun masyarakat atau keluarga.

Takdir menjadi tua bukanlah sesuatu yang harus dipandang sebelah mata sebagai beban, tetapi menjadi saat yang ditunggu karena dari orang tua akan mengalir petuah dan nasehat bijak yang sangat berguna. Seperti juga saat mendapat seorang anak. Kita bahagia punya seorang anak karena meraka menjadi tumpuan masa depan kita, sehingga dengan sepenuh hati kita merawatnya. Kita pun selayaknya begitu pada orang tua.<<

Gambar diolah dari http://www.jakartaphotoclub.com/

Rabu, 13 Mei 2009

Mengikis Kesenjangan

Rabu, 13 Mei 2009
Rumah Reyot Itu Kini Jadi Bagus

Saya sangat senang membaca berita di Kompas.com hari ini. Rumah Mulyadi, warga Kelurahan Cikaret, Bogor Selatan tak jadi roboh setelah di renovasi. Rumah Mulyadi terkena target operasi program Renovasi Rumah Tak Layak Huni yang diadakan Kelurahan dan Korem setempat.

Saya mengacungkan dua jempol tangan saya untuk Kelurahan dan Korem yang melaksanakan program itu. Inilah model aparat pemerintah yang ideal, peduli pada ketidakmampuan rakyatnya. Kabarnya program ini sudah dijalankan sejak 2005 yang lalu dan sudah 152 rumah yang direnovasi.

Meski sebagian besar dana renovasi berasal dari swadaya masyarakat, namun kecerdikan aparat kelurahan menyerap dana APBD dan APBN melalui PNPM adalah hal lain yang juga patut dipuji.

Kini Mulyadi dan warga Cikaret bisa hidup tenang di rumahnya yang baru tanpa ada rasa was-was rumahnya akan roboh. Tak terbayang di benak Mulyadi untuk merenovasi rumahnya dengan biaya sendiri. Jangankan untuk itu, untuk makan sehari-hari saja pas-pasan.

Akhirnya ketidakmampuan itu hilang dengan kepedulian masyarakat sekitar. Saya teringat waktu saya kecil. Bapak mengajak saya ikut cawe-cawe membangunkan rumah untuk tetangga saya yang pulang kampung. Puluhan tahun yang lalu, tetanggaku itu merantau ke Jakarta. Rupanya, waktu selama itu tak merubah nasibnya.

Kali ini ia pulang, tapi bingung mau tinggal dimana. Untuk sementara, ia tinggal  bersama adiknya. Tapi tak baik terus bergantung begitu. Adiknya itu sudah punya kehidupn sendiri, dan tak termasuk keluarga berpunya juga.

Setelah berembuk antar warga se-RT, dicapailah kesepakatan untuk membangunkan sebuah rumah untuknya. Tanahnya pinjam, bahan-bahannya sumbangan, dan tenaganya gotong royong seluruh warga. Jadilah sebuah rumah sederhana untuknya. Untuk hidup sehari-hari, ia menganyam bambu.

Begitulah. Dalam kehidupan ini pasti ada orang-orang yang mampu dan tak mampu. Perbedaan keduanya bisa menjadi masalah yang serius jika sudah terjadi kesenjangan, ada perbedaannya yang terlalu besar antar keduanya. Disitulah masing-masing dituntut untuk melaksanakan perannya masing-masing agar kesenjangan itu bisa diatasi.

Bagi yang mampu, celingak-celinguk melihat lingkungan sekitarnya, adakah saudaranya yang tak mampu? Kalau ada, segera dibantu. Bagi yang tak mampu bukan lantas meratapi nasib sambil menunggu belas kasih dari saudaranya yang mampu. Seperti Mulyadi yang menjadi tukang parkir, mereka tetap harus berusaha mengatasi ketidakmampuannya, malu kalau harus meminta-minta

Gambar pinjam dari http://www.boudewynvanoort.com/

Selasa, 12 Mei 2009

ISBN, Teknologi, dan Pelayanan

Selasa, 12 Mei 2009
Seorang kawan lama meminta bantuan mengurus ISBN di Perpustakaan Nasional. Saya langsung mengiyakan meski belum tahu bagaimana cara mengurusnya. Saya banyak berhutang budi pada kawan saya itu. Saat di Surabaya, dia banyak membantu saya. Dan juga, di kantorku sekarang ada divisi penerbitan yang sering mengurus ISBN. "Gampang, nanti bisa tanya-tanya," pikirku.

Bener, kata teman di divisi penerbitan, mengurus ISBN tidak rumit, asal syarat-syarat lengkap langsung bisa ditunggu hasilnya. Teman saya itu pun menjelaskan dengan detail rute menuju Perpustakaan Nasional. Maklum saya belum paham seluk-beluk Jakarta.

Beberapa hari kemudian, kawan saya dari Surabaya mengirim syarat-syarat yang diminta. Alhamdulillah, berbekal peta Jakarta di laptop, saya pun sudah mengerti rute jalan yang harus saya lewati.

Ternyata, setelah sampai di meja petugas ISBN, syarat yang dikirim kawan saya masih kurang. Halaman cover harus tercantum nama penerbit, cover yang dikirim belum ada nama penerbitnya. Kawan saya juga lupa mencantumkan halaman informasi buku di belakangan halaman cover. "Baik Pak, terima kasih, saya akan melengkapi persyaratan yang kurang," kata saya pada petugas.

Saya langsung menghubungi kawan saya, "Mas, bisa di email ke saya syarat-syarat yang kurang." Kawan saya menyanggupi. Sekarang, saya harus mencari warnet terdekat. Alhamdulillah, setelah berkeliling agak jauh, saya menemukan warnet yang bisa cek email sekaligus print.

OK, persyaratan sudah lengkap. Saya kembali ke ruang petugas ISBN. Tapi saya lupa, saat saya datang, ternyata sudah waktunya istirahat. Baiklah, saya akan menunggu, sekalian cari makan. Jam satu lebih sedikit, saya kembali lagi. Dan, tak lebih dari satu jam, ISBN pun jadi. "Terima kasih Pak," kata saya pada petugas.

Saya bersyukur hidup di jaman ketika teknologi informasi sudah berkembang demikian baik. Bisa dibayangkan kalau telepon selular dan internet belum semaju seperti sekarang ini. Perlu waktu beberapa hari untuk melengkapi syarat-syarat itu. Saya pun harus melobi manager saya untuk mendapat ijin keluar lagi. Wah  sangat merepotkan.

Satu lagi, saya juga bersyukur mendapatkan pelayanan yang sangat baik dari petugas Perpustakaan Nasional, khususnya di bagian ISBN. Ini yang menurut saya paling penting. Tak ada gunanya teknologi secanggih apapun ketika birokrasi masih tetap panjang dan berbelit. Apalagi jika harus ditambah dengan membayar pungutan segala. Sangat menyebalkan.

Pengalaman ini, menjadi catatan tersendiri bagi saya. Saat mengurus ISBN, sama sekali tak ada pungutan. Prosedur dan syarat-syaratnya sangat mudah. Petugasnya ramah dan informatif. Bahkan, petugas parkir dan satpam juga sangat membantu bagi pemula seperti saya ini.

Pengalaman saya ini pun menjadi bukti bahwa perilaku manusia masih tetap menjadi unsur yang utama untuk menciptkan kehidupan yang lebih baik. Teknologi, perangkat hukum, rambu-rambu, norma, agama dan sebagainya hanyalah pelengkap. Ketika manusia tidak mempunyai niat untuk merubah perilakunya untuk menjadi lebih baik, sehebat dan sebaik apapun perlengkapan itu tak ada gunanya, hanya sia-sia belaka.

Jumat, 01 Mei 2009

Perilaku Berkendara, Citra Pribadi Muslim

Jumat, 01 Mei 2009
Friday Readers, beberapa waktu yang lalu, ALiF menggelar jajak pendapat kecil mengenai lalu lintas Jakarta. Hasilnya, semua responden punya pendapat yang seragam, lalu lintas Jakarta sudah sedemikian macet dan semrawut, bahkan ada yang mengatakan kejam.

Memang, jika diamati, hampir tak ada jalan di Jakarta yang terbebas dari masalah-masalah tersebut [kemacetan dan kesemrawutan]. Apalagi di jam-jam sibuk, kendaraan sangat padat, hampir tak bisa bergerak. Inilah konsekuensi dari perkembangan kota besar seperti Jakarta.

Sebagai pusat bisnis dan pemerintahan yang terbesar di Indonesia, Jakarta menjadi tujuan utama para pencari kerja. Setiap tahun, selalu saja ada pendatang baru yang ingin ikut berebut lapangan kerja di Jakarta. Ada yang menetap menjadi penduduk Jakarta, ada juga yang tinggal di kota-kota sekitar Jakarta. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, jumlah penduduk Jakarta saat ini lebih dari 8,5 juta jiwa. Jumlah tersebut akan bertambah pada siang hari karena banyak orang yang masuk ke Jakarta untuk bekerja.

Aktivitas penduduk Jakarta yang tinggi, ditambah dengan pergerakan keluar masuknya penduduk dari kota-kota sekitar Jakarta, menyebabkan lalu lintas Jakarta menjadi sangat padat. Jalan-jalan tak pernah sepi dari lalu-lalang kendaraan. Jalan tol yang semula dimaksudkan sebagai jalan bebas hambatan, ternyata juga macet karena saking banyaknya pengguna jalan.

Masalah lalu lintas sepertinya akan terus dialami warga Jakarta. Beberapa studi mengatakan, kepadatan lalu lintas di Jakarta menunjukkan tren yang meningkat. Survei Arterial Road System Development Study [ARSDS] pada tahun 1985 mencatat, sebanyak 13 juta perjalanan [trip] dilakukan warga di Jakarta setiap hari. Pada tahun 2002 survei yang sama dilakukan oleh Study on Integrated Transportation Master Plan [SITRAMP]. Hasilnya, terjadi peningkatan 30 persen, menjadi 17 juta trip setiap hari.

Bagaimana dengan sekarang? Melihat dari pertumbuhan jumlah kendaraan di Jakarta yang mencapai angka 11 persen per tahun, sementara pertambahan infrastruktur jalan yang kurang dari 1 persen, jumlah trip sekarang akan lebih besar dari 17 juta per hari.

Tentu, apabila tak ada usaha untuk mengatasi masalah lalu lintas ini, Jakarta akan menghadapi masalah yang sangat besar di masa yang akan datang. Sebuah penelitian yang dilakukan Japan International Corporation Agency [JICA] dan The Institute for Transportaion and Development Policy [ITDP] menunjukkan gambaran itu. Jika tak ditemukan pemecahan masalah lalu lintas itu, maka lalu lintas Jakarta akan mati pada tahun 2014 nanti.

Perilaku Lalu Lintas yang Buruk
Kondisi lalu lintas Jakarta yang padat diperparah dengan perilaku yang buruk dari para pengguna jalan. Jajak pendapat ALiF di atas juga merekam perilaku buruk yang ditemui para responden saat berkendara di jalan. Cukup banyak perilaku buruk itu, antara lain: ugal-ugalan saat berkendara, berpindah jalur tanpa memberi tanda, berhenti mendadak, menggunakan jalur yang tak semestinya, berhenti di tempat yang terlarang, dan masih banyak lagi.

Banyaknya perilaku buruk yang diungkapkan responden tersebut, senada dengan data dari Kepolisian Daerah Metro Jaya. Selama tahun 2008, tercatat ada 272 ribu pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Jakarta dan kota-kota di sekitarnya.

Angka tersebut sangat menguatirkan karena pelanggaran lalu lintas bisa berujung pada kecelakaan. Dari 272 ribu pelanggaran lalu lintas itu, tercatat sebanyak 5.898 pelanggaran mengakibatkan kecelakaan. Sebagian besar kecelakaan itu melibatkan sepeda motor. Akibatnya, lebih dari seribu orang meninggal dunia, 2.567 orang luka berat, dan hampir 5.000 orang luka ringan.

Benarkah, perilaku buruk berkendara berakibat pada kecelakaan lalu lintas? Yohannes Lulie dan John Tri Hatmoko membuktikannya. Mereka adalah staf pengajar Program Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dalam penelitiannya, kedua dosen tersebut menemukan bahwa kecelakaan lalu lintas banyak terjadi pada pengguna jalan yang masuk dalam kategori perilaku buruk. Jumlah kecelakaan lebih kecil pada kategori perilaku sedang, dan terkecil pada kategori perilaku baik.

Penelitian tersebut juga mengungkapkan tiga perilaku terburuk yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas terbanyak. Perilaku buruk tersebut adalah tak menjaga jarak dengan kendaraan di depannya, berkendara dengan ugal-ugalan, dan memacu kendaraan dengan kecepatan maksimum.

Citra Umat Muslim
Terkait dengan banyaknya perilaku buruk berlalu-lintas, kita sering mendapat sindiran. Indonesia, sebagai negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, termasuk ke dalam kelompok negara dengan perilaku berlalu-lintas yang buruk. Seolah-olah, predikat Muslim yang melekat pada sebagian besar penduduk Indonesia itu tak punya arti sedikit pun. Padahal, sangat sering kita mengatakan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, termasuk rahmat bagi pengguna jalan yang lain.

Memang, secara khusus, tak ada ajaran Islam yang mengatur bagaimana seorang Muslim berperilaku saat berkendara. Namun, ada prinsip-prinsip dasar dalam Islam yang apabila ditaati akan menimbulkan sikap dan perilaku yang baik dalam berlalu-lintas.

Termaktub dalam al-Qur’an nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya. Nasihat-nasihat itu pada hakikatnya juga nasihat untuk seluruh umat Islam. Salah satu nasihat itu adalah “Dan janganlah engkau memalingkan pipimu dari manusia dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” [QS Luqman [31]: 18].

Perilaku ugal-ugalan saat berkendara merupakan salah satu bentuk kesombongan dan sikap tak acuh terhadap pengguna jalan yang lain. Memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi dengan tujuan agar cepat sampai ke tujuan adalah sikap mementingkan diri sendiri. Tak peduli apakah dengan perilakunya itu ia mendatangkan celaka bagi orang lain, bahkan dirinya sendiri. Perilaku-perilaku tersebut tak sesuai dengan semangat yang disampaikan dalam Surah Luqman di atas.

Padatnya lalu lintas di jalan raya menuntut pengguna jalan untuk sabar dan menaati rambu-rambu yang ada. Sabar dan tak tergesa-gesa merupakan sifat mulia yang diajarkan Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai Allah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa” [HR. Bukhari dalam al-Adabul al-Mufrad no. 586. Syekh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini shahih].

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya aku diutus ke dunia hanyalah untuk menyempurnakan akhlak” [HR. Ahmad]. Akhlak yang sempurna mencerminkan tingginya moral dan nilai-nilai kemanusiaan, termasuk di dalamnya menghormati, menyayangi, dan menghargai orang lain, tak menindas yang lemah, mendahulukan yang lebih berkepentingan, serta berlaku sopan santun. Kekerasan, kesombongan, ketidaktertiban, ugal-ugalan, dan kezaliman, berlawanan dengan akhlak yang sempurna itu.

Friday Readers, mari kita tunjukkan bahwa sebagai seorang Muslim, kita memiliki akhlak yang baik dan sempurna. Salah satunya dengan berperilaku yang baik dan santun ketika berkendara di jalan. Semoga bermanfaat . « [imam]

-------------------------------------------------------------------
ALiF Edisi 22 : Belantara Lalu Lintas
-------------------------------------------------------------------

12duadua © 2014