
Karena kepandaiannya memprediksi itu, Ia menjadi terkenal sebagai ahli nujum dan dimasukkan ke dalam tujuh orang bijak (sage) dalam hikayat Yunani. Sebenarnya prediksi itu adalah hasil ketekunannya belajar astronomi, bukanlah prediksi yang didasarkan pada tahayul. Pada saat itu tahayul menjadi hal yang biasa dan menjadi kepercayaan di masyarakat Militus. Ia menemukan perhitungan gerhana matahari berikutnya akan terjadi setelah 18 tahun, 10 hari dan 7,7 jam.
Selain menguasai ilmu astronomi, Ia sangat mahir di bidang matematika terutama geometri. Kedua ilmu itu dipelajarinya disela-sela aktifitas berdagang. Ia adalah seorang saudagar yang sering mengadakan perjalanan dagang ke berbagai kota. Saat sampai di Mesir dan Babilonia, Thales tertarik untuk mempelajari geometri dan astronomi. Prestasinya di bidang geometri melahirkan sebuah teorema yang disebut sesuai namanya, "Teorema Thales".
Thales juga terkenal sebagai bapak filsafat, Ia orang yang pertama kali yang memikirkan : Apa asal alam ini? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada? Pertanyaan-pertanyaan itu tidak dijawabnya melalui tahayul, melainkan menggunakan akal berdasarkan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari.
Ia takjub melihat lautan yang menjadi sumber penghidupan bagi banyak makluk hidup di darat maupun di lautan. Bibit-bibit tanaman dan buah-buahan yang hanyut terbawa gelombang diantar ke pesisir pantai daerah lain. Tanaman dan buah-buahan akhirnya bisa tersebar ke berbagai wilayah di bumi. Di Mesir ia juga melihat betapa tergantungnya rakyat Mesir pada Sungai Nil. Daerah-daerah sekitar aliran Sungai Nil adalah daerah yang subur sehingga dapat dihuni manusia.
Tetapi semuanya bisa musnah. Ia membayangkan bagaimana jika Sungai Nil tidak mengalirkan air lagi, bisa jadi daerah yang semula subur menjadi padang pasir yang tandus, tidak bisa dihuni lagi. Air laut yang bergulung-gulung menghantam tepian pantai sewaktu-waktu bisa menjadi ombak yang sangat besar (tsunami) yang dapat memusnahkan semua kehidupan di daratan. Disitulah kehidupan akan berkahir.
Dari pemikirannya itu ia mengambil kesimpulan bahwa air adalah pokok dan prinsip dari segala-galanya.
Diantara kisah hidupnya ada kejadian yang lucu. Suatu saat ia berjalan-jalan memandangi keindahan bintang gemintang di langit malam hari. Pandangannya yang selalu keatas membuatnya tidak melihat lubang di depannya. Terjatuhlah Ia ke lubang itu. Seorang watnita tua yang sedang melintas berkata, "hai Thales, jalanmu yang ada dilangit kamu ketahui, tetapi jalanmu yang ada di bumi tidak."
Seorang genius seperti Thales bisa terperosok ke dalam lubang karena terlalu asyik dengan apa yang dipikirkannya dan lupa memperhatikan jalan yang dilewatinya. Kitapun akan bernasib sama jika terlalu hanyut pada suatu hal dan melupakan yang lain, padahal keduanya sangat penting dalam hidup kita.
Jalan langit bisa dimaknai sebagai kehidupan religius, alam pemikiran atau dunia ide. Sedangkan jalan bumi adalah realitas hidup kita sehari-hari. Idealnya jalan langit dan jalan bumi itu bisa selaras. Orang yang khusuk ibadahnya, mempunyai perilaku yang menyejukkan, tidak malah membuat onar. Orang yang pandai, banyak memberikan sumbang sih bagi lingkungannya, tidak malah merusaknya. Dan, orang yang banyak idenya, juga banyak berbuat.
Catatan : Gambar pinjam dari sini